Breaking News

Media Aussie Minta Prabowo Hadapi Realita dan Terima Kekalahan. Lagi!


Ronindo

Satu media Australia bernama The Sydney Morning Herald hari ini Senin 13 Mei 2019 memuat berita menohok dan menampar caspres abadi Prabowo yang masih belum menerima kekalahan. Kalau Prabowo sangat percaya media asing maka dia harus nurut dan mengikuti apa yang dikatakan media ini!

“Indonesia's Prabowo must face reality and accept defeat. Again.”

AGAIN???!! Kalau dalam bahasa English Jawa-nya artinya: 'TUMAN' atau 'KUMAT'! Lihat :

https://www.smh.com.au/world/asia/indonesia-s-prabowo-must-face-reality-and-accept-defeat-again-20190513-p51mtz.html

Demikian tajuk hari ini dari The Sydney Morning Herald yang mengena, mantul dan memaparkan realita yang terulang kembali dan tak bisa diterima oleh sang jenderal yang terus ngotot mengklaim kemenangan berkali-kali.

Jurnalis yang menulis berita itu adalah koresponden The Sydney Morning Herald yang berkantor di Jakarta bernama James Massola. Dengan jeli jurnalis ini membandingkan realita Pilpres 2019 serta Pilpres lima tyahun sebelumnya dan dia menemukan reaksi Prabowo tak berubah.

Dia memaparkan kemenangan yang sudah selisihnya sampai lima belas juta suara pemilih tapi seperti tahun 2014, lagi-lagi dia menolak hasil Pilpresnya. Begini cuplikannya:

So far, 67.6 million votes for Joko have been counted compared to 52.6 million votes for Prabowo - a difference of 15 million votes.

But much like 2014, Prabowo is refusing to accept the result. On election day, he declared victory and claimed he had won 62 per cent of the vote.

Jadi media itu sampai membuat perbandingan kalau kandidat pemimpin Australia mengikuti Pemilu di Australia sendiri dan hasilnya keluar dengan cepat lalu kandidatnya menolak hasil, katanya sulit dibayangkan. Ya sulit dibayangkan tapi di Indonesia mudah ditebak dan dipredeiksi, pasti menolak.

Ikut pemilu saban lima tahun tapi terus menolak hasilnya jelas ini menjadi kekonyolan dan tertawaan media asing. Inilah yang sedang dipamerkan Prabowo bersama cawapresnya Sandiaga dan terutama pendukungnya yang mabuk berat kemenangan sampai hilang akal alias muali banyak yang bertingkah tak waras.

Sampai media ini menyatakan bahwa Prabowo kecuali terjadi mujizat , dia harusnya menerima kekalahan.

On May 22, when the election result is declared - barring a miraculous turnaround in the count - he should finally, gracefully, concede defeat.

Media asing termasuk media dari Australia ini dengan analisis yang cerdas dan tajam memantau perkembangan politiki di Indonesia apalagi Indonesia bertetangga dengan mereka. Jadi segala dinamika politik tak luput dari pantauan mereka.

Pantauan mereka jelas tak terbantahkan Pak Jokowi terus memimpin sejak dari quick count sampai real count saat ini makin meninggalkan Prabowo yang terus berharap kemenangan. Saking desperate-nya angka kemenangan 62 persen pun diturunkan tetapi tetap dengan posisi memenangkan Prabowo.

Media itu terus memantau pula bagaimana sepak terjang kubu Prabowo yang terus mengajukan keberatan, mencari berbagai dalih dan alasan untuk membuat alasan bahwa hasiul Pemilu tak dapat diterima.

Jadi segala kebodohan dan kegoblokan yang dipamerkan oleh timses Prabowo dan pendukungnya pastilah membuat jurnalis asing terheran. Kesimpulannya ini strategiu dan taktik untuk menganulir hasil Pemilu yang rupanya tak berpihak ke mereka.

Media itu melansir pula bagaimana Prabowo dan tim kampanyenya menuduh kesalahan entri data di setidaknya 73.100 TPS. Mereka mengklaim bahwa 6,7 juta orang tidak mendapat undangan untuk memilih dan petahana telah menggunakan alat negara untuk keuntungannya. Misalnya, dua pendukung Prabowo menghadapi dakwaan makar karena mengklaim hasil pemilu itu curang.

Kocaknya mediai ini menyebut “protes kecil” telah diadakan, termasuk satu di luar Bawaslu, badan pengawas pemilu, Jumat lalu. Demonstrasi yang lebih besar muncul dengan seruan untuk protes "kekuatan rakyat" yang datang dari para pendukung kubu Prabowo (meskipun bukan dari kandidat itu sendiri).

Media ini juga menyebut bagaimana cita-cita menjadi presiden itu adalah impian masa kecilnya Prabowo. Bolehlah bermimpi tinggi-tinggi tapi ya harus mengakui realita juga. Semakin menolak maka semakin meningkat kegilaan dan kesintingan para pendukungnya.

Terbukti dengan pembelaan pada Prabowo yang dilakukan secara militant maka membuat kaum intelektual di kubu 02 langsung jadi auto-goblok dan auto-hoaks serta auto-fitnah. Karena kalap maka aksi-aksi yang cenderung anarkis ditebar.

Macam mengadu domba TNI dan Polri, mengancam memenggal Presiden Jokowi, mengancam terjadinya tumpah darah di Nusantara dan ancaman mau menciptakan chaos alias kekacauan semuanya bermuara satu, demi membela junjungannya yang dalam alam halusinasi mereka berjaya telak.
#jaga persatuan indonesia 🇮🇩



Sumber: https://www.smh.com.au/world/asia/indonesia-s-prabowo-must-face-reality-and-accept-defeat-again-20190513-p51mtz.html

No comments:

Powered by Blogger.