Bahaya Kecanduan Judi Online, Bisa Merusak Otak!
Desakan masyarakat agar
pemerintah memberantas habis judi online kian lantang terdengar. Sebabnya, judi
online memang sudah meresahkan. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto sekitar 4 juta orang yang
terdeteksi melakukan judi online di Indonesia.
dr Hari Nugroho dari Green
Crescent Indonesia menjelaskan bahwa adiksi judi online sama halnya dengan
adiksi yang lain, baik itu kecanduan narkoba maupun adiksi perilaku (kecanduan
games, gadget, atau pornografi). Proses di otaknya sama, kecanduan judi online
mempengaruhi jalur 'reward' seseorang.
"Hanya beda input
rangsangnya saja. Proses menjadi candunya tentu juga mirip," jelasnya,
Senin (1/7/2024).
Tidak hanya faktor biologi,
kecanduan judi online juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor
psikososial. Faktor ekonomi bisa berperan, akan tetapi sejatinya itu bukan
satu-satunya.
"Karena kebanyakan yang
main judi online dimulai dengan iseng," kata dr Hari.
Pembuat situs judi online pun
tentunya piawai dalam menciptakan suasana yang mendukung seseorang kecanduan
dengan sistem yang dia ciptakan. Judi online seperti slot, mendesain aplikasi
atau situsnya mirip dengan game-game biasa yang banyak dimainkan. Di sana juga
dilengkapi dengan karakter, warna, maupun suara yang mirip-mirip. Dengan
begitu, orang yang main judi merasa familiar dengan permainan tersebut.
Yang tak kalah penting, para
penjudi ini dijebak dengan berbagai kemudahan. Misalnya kemudahan deposit
dengan nilai yang rendah, bahkan bisa modal Rp 50.000 ke bawah. Bahkan, tidak
harus dengan uang fisik atau uang digital, tetapi bisa juga dengan pulsa.
"Lalu pada awal-awal permainan,
banyak diberikan kemudahan untuk menang, dan RTP (return to player) yang cukup
tinggi, misal 70%. Jadi, kemudian timbul situasi yang sifatnya rewarding, yang
pada akhirnya mereka ingin mengulangi rasa senang atau kemenangan
tersebut," ujar laki-laki yang menempuh pendidikan di King's College
London itu.
Bagi yang kalah, mereka pun
cenderung tidak merasa rugi, sebab taruhan yang disetor juga kecil. Tapi,
mereka akan terus penasaran mencari kemenangan karena di awal sudah merasakan
kemenangan. Inilah dampak yang tidak disadari dan nantinya akan berdampak
sangat mengerikan!
"Jika situasi-situasi ini
berulang, otak akan merespon lonjakan neurotransmitter-nya seperti dopamine
dengan melakukan toleransi, artinya otak butuh lonjakan dopamine lebih tinggi
lagi agar pengalaman rewarding/menyenangkan bisa diulang. Ini yang kemudian
bikin orang secara nggak sadar mengalami adiksi," tandasnya.
Akibat judi online, otak pun jadi rusak karena selalu minta rangsangan reward yang semakin tinggi. Ayo berhenti sebelum kecanduan judi online!
No comments: