Breaking News

Indonesia Beberkan Keberhasilan Turunkan Emisi Karbon dan Deforestasi

 

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membeberkan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi karbon dan deforestasi kepada para delegasi anggota negara ASEAN di Forum ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF) ke-27 yang dihelat di Pullman Hotel, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

 

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari KLHK Dida Migfar Ridha mengungkapkan deforestasi dan degradasi hutan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, dan secara signifikan berdampak pada keseimbangan ekosistem dan interaksi spesies. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia sangat serius dalam upaya menangani masalah tersebut.

 

"Pengurangan emisi kami adalah 47,3% pada 2020, 43,8% pada 2021, dan 41,6% pada 2022. Kami beberapa kali melewati baseline tahunan di sekitar target NDC 43,2%. Kami juga jauh melampaui target nasional 31,89%," ujar Dida di Bogor.

 

Pendekatan Indonesia dalam mengelola sumber daya alam dan mengimplementasikan aksi iklim dilakukan secara sistematis dan terintegrasi. Ada 15 klaster aksi iklim di bawah Rencana Operasional Penyerapan Karbon Bersih 2030.

 

"Rencana ini mengikat secara hukum, bukan hanya komitmen di atas kertas," ucapnya.

 

Dida menjelaskan, meskipun target NDC Indonesia mencakup sekitar 60% dari sektor FOLU, inisiatif FOLU Net Sink 2030 bukan hanya tentang tujuan iklim.Inisiatif itu juga memprioritaskan perlindungan lingkungan hidup dan spesies unggulan seperti orangutan Sumatra, gajah, harimau, badak, orangutan Tapanuli, orangutan Kalimantan, dan badak Jawa. Ini dilakukan ntuk memastikan populasi mereka terus berkembang dan terhindar dari kepunahan.

 

Pengarusutamaan konservasi keanekaragaman hayati, lanjutnya, termasuk perlindungan satwa liar dan habitatnya serta pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, sangat penting untuk mencapai tujuan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global.

 

Meskipun FOLU Net Sink ditargetkan secara nasional pada tahun 2030, bentang alam utama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua telah mencapai tonggak sejarah ini.

 

Sementara itu, untuk laju deforestasi tahunan Indonesia dari tahun 2016 hingga 2023 mencapai tingkat terendah dalam 33 tahun terakhir.

 

World Resources Institute (WRI) mengkonfirmasi bahwa Indonesia telah mengurangi kehilangan hutan tropisnya lebih banyak daripada negara lain dalam beberapa tahun terakhir.

 

Tinjauan Hutan Global oleh World Resources Institute menegaskan bahwa tingkat deforestasi Indonesia merupakan yang terendah dalam sejarah, melampaui semua negara lainnya.

 

Analisis gabungan menunjukkan bahwa laju deforestasi Indonesia antara tahun 2022 dan 2023 hanya sebesar 0,13 juta hektar per tahun.

 

Indonesia berhasil mengendalikan kebakaran hutan selama periode El Nino yang berkepanjangan baru-baru ini, sehingga memastikan target iklim FOLU Net Sink 2030 tetap berada di jalurnya.

 

Kemudian upaya rehabilitasi lahan gambut dan hutan bakau berbasis masyarakat berjalan dengan baik.

 

Dida juga menjelaskan, bahwa di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, wilayah yang didistribusikan secara legal kepada masyarakat lokal dan adat melalui agenda perhutanan sosial telah diperluas 18 kali lipat dari pemerintahan sebelumnya.

 

Tahun ini, Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki hubungan erat dengan hutan dan merupakan pemimpin dunia dalam pengelolaan dan konservasi kehutanan, mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah Pertemuan Pejabat Senior Kehutanan ASEAN ke-27.

No comments:

Powered by Blogger.